Allem
Pagi itu jam sudah menunjukan pukul sembilan lewat sepuluh menit, namun Siray masih tidur lelap di kamarnya. Berkali-kali terdengar alunan lagu Alamat Palsu dari Blackberry Onyx miliknya yang berada di atas meja, memang sengaja dia menggunakan lagu Alamat Palsu dari penyanyi dangdut cantik Ayu Tingting yang lagi naik daun itu sebagai nada dering panggilan di Blackberrynya. Kali ini terdengar lagi lagu itu, dengan mata masih terpejam tangan kanan Siray meraih BB di atas meja dan mengangkat telepon yang masuk.Terdengar suara perempuan yang tampak marah-marah karena sudah berkali-kali teleponya tidak di angkat oleh Siray.
“ Ray...kemana saja kamu semalam, jam segini belum bangun ? “
“ Ayo lekas bangun, hari ini kamu kan mama suruh untuk pergi ke rumah Pak Dhe kamu yang ada di Yogya untuk mengantarkan kain buat Pak Dhe dan Bu Dhe “, ternyata suara perempuan dari telepon itu adalah mamanya.
“ Iya Ma....bentar lagi Ray berangkat ke rumah pak dhe “, jawab Siray dengan mata masih terpejam.
“ Ya sudah..buruan mandi sana, jangan siang-siang berangkat ke Yogya nya “, kata mamanya . Namun Siray sudah tidak mendengar lagi karena dia sudah menutup teleponnya. Siray pun kembali melanjutkan tidurnya, maklumlah hari ini kan hari sabtu kuliahnya libur. Dan semalam dia asik begadang bersama teman-temannya di sebuah diskotik terkenal di kota Solo dan pulang ke rumah kostnya hampir jam tiga pagi.
Siray adalah seorang pemuda yang berasal dari Jakarta, Ayahnya seorang pengusaha terkenal bernama Abdul Majid .Dia tinggal di kota Solo karena kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di kota itu. Kedua orang tuanya tinggal di Jakarta, mamanya adalah orang asli Yogya dan papanya berasal dari Bandung. Siray lolos seleksi masuk di perguruan tinggi negeri dan memilih untuk melanjutkan studynya di Solo, meskipun papanya menawarinya untuk kuliah di Australia. Itu karena dia ingin lebih dekat dengan Wina gadis pujaan hatinya yang juga tinggal disolo, dia mengenal Wina dari jejaring sosial facebook yang memang lagi ngetrend saat ini. Apalagi sahabat dekatnya Jimz yang juga dari Jakarta melanjutkan studynya di perguruan tinggi yang sama tapi beda fakultas.
Tok...tok...tok....!!
“ Ray....lo belum bangun yach? Ayo bangun, mo ikut gwe gak ? “, seorang pemuda tampan tiba-tiba mengetuk pintu kamar kost Siray, dia adalah sahabatnya yang bernama Jimz.
Siray kaget dan terbangun mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya, dia melirik jam dinding di kamarnya. Jarum jam menunjukkan pukul tiga sore. Dia ingat kalau hari itu harus ke rumah pak Dhe nya yang ada di Yogya untuk mengantarkan titipan mamanya. Buru-buru pemuda itu mengambil handuk dan bergegas ke kamar mandi, setelah terlebih dahulu membukakan pintu kamarnya dan mempersilahkan Jimz masuk.
Jimz tampak heran melihat tingkah sahabatnya itu, dia pun kemudian duduk di atas tempat tidur sambil tangannya meraih remote control dan menyalakan televisi. Jimz asik melihat acara infotainment di salah satu televisi swasta yang saat itu lagi rame-ramenya memberitakan bebasnya Ariel Peterpan dari rutan .
Terdengar pintu kamar mandi di buka, keluar Siray yang sudah selesai mandi dan langsung meraih pakaian ganti, tanpa melihat kearah Jimz sahabatnya yang masih asik nonton tivi. Jimz hanya melirik kearah Siray yang tampak buru-buru tersebut.
“ Lo mo kmana sih Ray, kok kayak orang mo di tagih utang ajah ? , bertanya Jimz sambil matanya tetap melihat tivi.
Siray yang sudah selesai berganti pakaian segera meraih jaket kulit dan memakainya tidak lupa topi hitamnya di pake dengan terbalik.
“ Sorry bro , gwe gak bisa ikut acara lo. Gwe kudu pergi le rumah Pak Dhe gwe di Yogya, nganterin titipan mama “, berkata Siray.
“ Udah hampir jam empat nih, gwe cabut dulu ya. Kunci kamar lo bawa aja ! “
Tanpa menunggu jawaban dari Jimz, Siray segera keluar dari kamar menuju tempat parkir motornya. Jimz hanya melongo di tinggal sendirian di kamar kost. Tak lama terdengar suara motor di starter.
Ketika Siray sudah siap pergi dengan motornya, mendandak BB nya berbunyi, ada panggilan masuk dari Wina gadis pujaannya. Setelah mematikan mesin motornya, Siray pun segera mengangkat BB nya.Terdengar suara merdu seorang gadis di telepon.
“ Beib...ntar malem kita jalan-jalan ke taman Sriwedari mau gak ?”, Wina bertanya di telepon.
“ Waduh beib....maap yach, gwe lagi mo jalan ke rumah Pak Dhe gwe di Yogya, mo nganterin titipan mama “.
“ Besok aja ya beib , kalo gwe dah balik dari Yogya “.
“ Ya udah kalo kamu emang gak mau “, jawab Wina sedikit kecewa.
“ Gak papa kan beib, Oh iya...kamu mau minta di bawain oleh-oleh apa beib dari Yogya ? “.
“ Bodo....ah...!!.” terdengar jawaban Wina sambil menutup teleponnya.
Siray merasa sayang juga sih melewatkan malam minggunya bersama pacaranya, tapi dia harus ke rumah Pak Dhe nya hari itu juga. Akhirnya Siray pun segera menstater motornya, tak berapa lama terdengar suara motor Kawasaki Ninja 250R warna merah keluaran terbaru meraung membelah jalanan kota solo yang sudah sore.
Jam di tangan kiri Siray menunjukan pukul setengah enam sore, dia sudah sampai di sebuah jalan kecil menuju desa tempat Pak Dhe nya tinggal. Sebuah desa kecil yang tidak terlalu rame, jalan desa yang di aspal tipis tampak banyak berlubang sehingga membuat Siray tidak bisa memacu motornya. Tidak berapa lama dia sudah sampai di depan sebuah rumah besar yang terbuat dari kayu jati. Halaman rumah itu tampak luas, banyak tanaman bunga dan bermacam-macam pohon buah-buahan. Di kanan kiri dan belakang rumah adalah kebun yang banyak di tanami pohon-pohon jati. Meski penerangan di desa itu sudah menggunakan listrik, tapi Siray merasa seperti masuk ke suatu daerah di masa perang kemerdekaan. Suasana sepi, hanya terdengar suara jangkrik dan kodok yang bernyanyi di sebuah kolam di belakang rumah.
Setelah turun dari motor dan memarkir motornya, Siray berjalan ke pintu dan mengetuk pintu rumah itu. Sebenernya dia tidak begitu yakin apakah benar ini rumah Pak Dhe nya . Maklumlah terakhir kali Siray di ajak ke rumah Pak Dhe nya saat itu dia masih duduk di kelas 4 SD. Saat itu kakek dan neneknya masih hidup, tapi sekarang mereka sudah meninggal dunia.
Setelah beberapa saat Siray mengetuk pintu, tidak berapa lama pintu rumah di buka dari dalam. Keluar seorang perempuan yang usianya tiga atau empat tahun lebih tua dari mamanya. Perempuan itu mengenakan kebaya dan kain, sementara di belakangnya berdiri seorang laki-laki dengan kumis tebal dengan blangkon di kepalanya. Melihat perawakan laki-laki itu Siray jadi teringat dengan Pak Raden salah satu tokoh dalam si serial boneka si unyil.
“ Nak mas madosi sinten nggih ? “, perempuan itu bertanya dengan bahasa jawa kepada Siray.
“ Maaf, benarkah ini rumah Pak Dhe Ageng Suryowijoyo ?”, bertanya Siray.
“ Loh....kwe ki kan Siray putrane dik Abdul Majid sing neng Jakarta kae tho ? , bertanya laki-laki yang tampangnya mirip Pak Raden itu.
“ Iya benar Pak Dhe, saya Ray “.
“ Oalah......wes gedhe temen saiki kwe le “ perempuan yang bukan lain adalah budhenya segera memeluk Siray.
“ Aku yo pangling kok bune, tambah bagus tenan . Biyen jik cilik nakale eram cah iki “.
Setelah berbasa-basi sebentar mereka bertiga segera masuk kedalam rumah besar itu.
Malam itu setelah selesai sholat maghrib berjamaah, mereka bertiga melanjutkan ngobrol-ngobrol dan melepas kangen sambil makan malam di ruang makan. Rumah besar itu terlihat semakin besar dan lapang karena hanya di huni oleh dua orang saja, namun tetap terlihat bersih dan rapi.
“ Pak Dhe , memangnya nggak kesepian tinggal di rumah sebesar ini cuma berdua sama Bu Dhe, tetangga juga jauh dari rumah “, Ray bertanya pada Pak Dhe nya.
“ Hahhaha....kami sudah biasa seperti ini kok Ray, jadi gak pernah merasa kesepian. Lagi pula kalo pagi Lek Ananto dan Mbok Hajar kan selalu datang buat bantu bersih-bersih rumah “, jawab Pak Dhe Ageng.
“ Bulik mu Kemuning yang tinggal di Wates juga sering kok datang kesini, paling tidak dua minggu sekali dia datang “.
“ Kalau Pak Dhe mu itu le...dia sih gak bakalan kesepian, setiap hari selalu datang Kang Zul dan Kang Rahman . Kalau sudah berduaan, mereka sudah gak mau di ganggu “, Bu Dhe ikut nimbrung obrolan Siray dan Pak Dhe nya.
“ Hahahahah....memangnya mereka ngapain aja Bu Dhe ?”
“ Biasalah ...apalagi kalau bukan ngobrol masalah barang-barang antik, seperti keris dan ubo rampene “.
Pak Dhe Ageng hanya tersenyum mendengar apa yang di katakan istrinya . Sementar Siray tertawa sambil matanya melirik kearah Pak Dhe nya.
“ Oia ...Ray, kamu pernah ke rumah mas Panji nggak, dia kan sekarang tinggal di Jakarata “, bertanya Bu Dhe pada Siray.
“ Oia, benar kah Bu Dhe ? Jakartanya di daerah mana mas Panji tinggal ?”
“ Kalau nggak salah di daerah Depok ato mana gitu , Bu Dhe juga belum pernah kesana. Baru bulan kemarin kok dia pindah kesana”.
“ Iya dech, nanti kapan-kapan kalau pas pulang ke Jakarta saya mampir ke tempat Mas Panji “.
“ Oya Bu Dhe , kalau mas Gunawan masih di Bandung ya ? Trus kalau Mbak Suci dimana sekarang ?”.
“ Mas Gunawan masih di Bandung, kalau mbak Suci sekarang kerja di Bogor “.
Mereka bertiga itu adalah anak-anak dari Pak Dhe Ageng, dua laki-laki dan satu perempuan.
“ Ray, bulan depan kamu kudu kesini lagi, bantu-bantu kami disini ya !”, Pak Dhe menyela pembicaraan.
“ Memangnya ada apa Pak Dhe ? “, balik betranya Siray.
“ Bulan depan Mbak mu Suci mau nikah, kamu kudu kesini beberapa hari sebelum hari H, agar bisa bantu-bantu kami disini “, kali ini Bu Dhe yang menjawab pertanyaan Siray.
“ Oh....gitu ya , siapa calon mempela laki-laki dan orang mana dia ,Bu Dhe ? “.
“ Dia orang tegal, namanya Wiyogo “.
“ Iya Bu Dhe, insya allah saya akan datang lebih awal untuk membantu Pak Dhe dan Bu Dhe disini “.
Komentar
Posting Komentar